Malam itu, di kejauhan aku melihat seorang gadis berjalan dengan seorang perempuan kecil dan
dua orang anak laki-laki, mereka bercanda riang meninggalkan sebuah restoran cepat saji. Tanpa sengaja mata ini mengikuti kemana gadis itu melangkah. Tatanan rambut yang aku kenal. Tawa yang aku kenal, dan cara melangkah yang familiar.
Dalam hati aku
menggumam, “Is that you?”.
“Ya, itu kamu..”, gumamku dalam hati.
Tapi di saat aku sadar bahwa itu kamu, kamu sudah terlalu
jauh untukku hanya sekedar memberikan sapaan. Disaat yang bersamaan,
serpihan-serpihan ingatan tentangmu kembali berkumpul. Satu persatu kepingan
itu berkumpul menjadi sebuah gambaran seperti dalam slide yang ditembakkan oleh proyektor ke dinding putih kosong di
dinding.
Aku masih ingat, saat kita duduk di tangga ratapan, menanti seorang
teman yang ingin kukenalkan padamu. Menunggu berjam-jam sambil mengitari tempat
tersebut dan mengambil beberapa gambar denganmu.
Aku masih ingat, saat menunggu hujan reda, kita berjalan
tanpa tujuan dalam sebuah pusat perbelanjaan, lantas akhirnya menerobos hujan
juga untuk mengantarkanmu pulang tepat waktu, namun di tengah jalan kamu
mengajakku ke suatu tempat lain karena kamu masih belum ingin pulang, ketika
hari sudah terlalu larut.
Aku masih ingat, saat menembus gerimis dan jalan
berlumpur berjarak hampir dua ratus kilometer untuk kejutan kecil untukmu yang
sedang sendiri di lingkungan baru.
Aku masih ingat, ketika aku menghadiri suatu acara dengan
teman kerjamu, ketika dia memberi tahu bahwa keadaanmu yang memungkinkan untuk
kita bersama, betapa malam itu membuatku merasa bahwa bulan begitu dekat,
begitu besar seakan aku sanggup untuk menariknya dan memberikannya kepadamu.
Dan, aku pun masih ingat ketika aku harus memutuskan untuk
melangkah, ketika keadaan tidak lagi
bersahabat.
Sampai beberapa saat yang lalu, kamu menemukan yang kamu
cari. Melihatmu bahagia, aku pun bahagia untukmu..
Klise?
Ah, bukankah itulah hidup? Penuh klise. Dan aku mulai
terbiasa..
"Some memories never fade..."