20130124

titik nol

dalam beberapa minggu terakhir saya bertekad untuk mengisi liburan kali ini dengan menjadi sehat. ya, sejak meninggalkan lapangan hijau beberapa tahun yang lalu saya hampir tidak pernah kembali berolahraga.

kondisi tersebut diperparah dengan pekerjaan saya beberapa bulan yang lalu iseng-iseng mencoba part-time di salah satu cafe milik perusahaan rokok terbesar di Indonesia. karena memang saya hobi makan, jadi kondisi tersebut malah makin mendekatkan hubungan saya dengan semua hal-hal yang bisa dimakan. haha

nah, kemarin entah apa yang merasuki saya. tiba-tiba hati saya tergerak. pukul 11 siang saya tiba-tiba mengemas peralatan lapangan hijau saya. sepatu, jaket, dan saya membawa bola. saya menuju tempat pertama kali saya berlatih sepakbola dulu. lapangan bola di dekat rumah.

lapangan ini termasuk salah satu tempat bersejarah bagi saya. disini saya dengan tidak sengaja akhirnya menekuni olahraga sepakbola. di lapangan ini saya akhirnya memutuskan untuk meninggalkan studi saya di kampus biru untuk serius di bidang ini. di lapangan ini juga pertama kalinya saya mendapat panggilan untuk membawa nama negara ini berlaga pada kancah internasional, walaupun pada akhirnya saya tersisih oleh nama-nama lain yang lebih senior.

sudah hampir tiga tahun saya tidak lagi menginjakkan kaki di lapangan ini. dan siang ini juga, saya kembali ke lapangan, dan dalam sekejap seakan semua memori itu kembali memenuhi otak saya. 

di tempat ini saya pertama kali bermimpi, dan di tempat ini juga pertama kali saya harus realistis. realistis untuk meninggalkan mimpi saya, mengharumkan nama negara ini melalui lapangan hijau. menyerah dan realistis itu beda tipis, seperti ungkapan keenan. mungkin saya terlalu cepat menyerah, mungkin juga realistis adalah hal terakhir yang bisa saya lakukan.

karena hal ini lah kenapa terkadang kalau tim nasional negeri ini sedang bertanding, saya selalu 'cerewet'  di linimasa jejaring sosial. terkadang cerewet karena menyemangati para pemainnya, atau hanya membuat celotehan tidak penting tentang pertandingan.

dalam beberapa saat yang lain, saya juga sering mengkritisi tentang organisasi induk sepakbola negeri ini. jadi jangan heran kalau saya sering cerewet sana sini tentang hal itu. saya pernah merasakan apa yang terjadi di dalamnya. tentang praktek-praktek oknum yang tidak bertanggung jawab. bagaimana sebagai pemain hak kami di telantarkan, sedangkan di sisi lain kami harus memenuhi kewajiban kami. dan ada beberapa hal lain yang mungkin tidak bisa saya ceritakan disini.

dan siang itu, saya menikmati memori hari-hari saya bersama si kulit bundar. jatuh bangun di atas lumpur, berlatih di bawah hujan, berlatih hingga matahari tidak tampak, berjibaku dengan lawan sampai berdarah-darah. menikmati hembusan angin siang setelah sepagian berlatih. berteduh di bawah pepohonan yang mengelilingi lapangan ini sambil menunggu latihan sore dimulai.

juga titik dimana saya harus berhenti dan realistis, harus meninggalkan itu semua. membanting setir, memutar balik kemudi dan menginjakkan pedal gas, meninggalkan itu semua. sambil sesekali menoleh ke kaca belakang, saya mengingatnya dan tersenyum.



tempat dimana semua itu bermula.. dan berakhir.. 

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...